Setelah setengah semester berkutat dengan berbagai jenis teori belajar, akhirnya saya menemukan teori yang paling mendekati gaya belajar saya. Teori ini adalah teori Ausubel. Saya merasa gaya belajar saya adalah meaningful reception learning.
Saat belajar mengenai suatu materi, biasanya saya hanya menerima apa yang disampaikan oleh dosen ataupun teman-teman mahasiswa. Saat presentasi atau saat ceramah, saya mendengarkan baru kemudian memprosesnya dan menyimpannya untuk dipakai kemudian. Memang sebelum masuk kelas terkadang saya membaca materi yang akan dipelajari. Namun, hanya sedikit saja materi yang saya baca, yaitu pada bagian awalnya saja. Gaya belajar ini sesuai dengan yang disampaikan Ausubel dalam konsepnya yang disebut reception learning. Dalam konsep ini dijelaskan bahwa materi yang perlu dipelajari disajikan dalam bentuk hasil akhir, kemudian pembelajar menginternalisasi informasi dalam bentuk yang bisa digunakan kemudian.
Berlawanan dengan reception learning, ada konsep yang disebut discovery learning yaitu pembelajar menyusun ulang informasi, menggabungkannya menjadi produk yang diharapkan baru kemudian diinternalisasi. Discovery learning ini hanya saya gunakan pada waktu presentasi saja. Dalam pembuatan makalah untuk presentasi, saya selalu membaca keseluruhan materi sampai mengerti. Jika ada yang tidak saya mengerti, saya cenderung untuk bertanya pada teman atau mencari referensi lain dari internet.
Selain reception learning, saya juga menggunakan gaya belajar meaningful learning. Menurut Ausubel, meaningful learning adalah proses menghubungkan informasi yang berarti dengan materi yang telah dipelajari. Setelah saya menerima apa yang disampaikan, saya akan menghubungkannya dengan teori lain yang telah saya pelajari sebelumnya atau teori lain yang mirip dan kemudian memikirkan apa persamaan dan perbedaan dari kedua teori itu.
Namun, seperti yang saya sebutkan diatas, teori ini “mendekati” gaya belajar saya. Mendekati disini artinya, saya tidak sepenuhnya menerapkan meaningful reception learning. Terkadang saya menggunakan discovery learning, seperti yang sudah saya sebutkan diatas, pada saat presentasi. Kemudian untuk meaningful learning, saya mungkin hampir selalu menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang sudah dipelajari. Tapi saya tidak selalu membandingkan kedua materi tersebut, terkadang saya hanya membuat persamaannya, tidak memikirkan perbedaannya. Di lain waktu, saya mempunyai persepsi yang salah, yaitu di saat saya menganggap kedua teori itu tidak berhubungan sama sekali tapi ternyata ada hubungannya. Karena saya menganggap tidak ada hubungan, maka saya tidak membandingkannya.
Satu hal lagi yang membuat meaningful learning saya kurang sempurna adalah saya tidak mengaplikasikannya dalam semua proses belajar. Menurut Ausubel, dua kondisi yang penting bagi meaningful learning adalah : (1) meaningful learning harus diaplikasikan dalam semua proses belajar dan (2) informasi harus mempunyai arti.
Gaya belajar yang paling tidak sesuai untuk saya adalah rote learning yaitu belajar dengan menghafal. Saya paling tidak bisa belajar dengan menghafal. Saya memerlukan waktu yang lama sekali untuk menghafal dan apabila saya sudah menghafal, hafalannya sangat mudah hilang. Dulu, saya pernah mencoba gaya belajar ini satu kali, dan hasilnya sama sekali jauh dari yang saya harapkan.
Referensi : Buku Psychology of Learning for Instruction by Marcy P. Driscoll
Referensi : Buku Psychology of Learning for Instruction by Marcy P. Driscoll
0 komentar:
Posting Komentar