Andragogi berasal dari kata andr (orang dewasa) dan agogos (membimbing). Menurut Kapp, andragogi adalah proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa cacat maupun tidak cacat secara berkelanjutan. Andragogi berbeda dengan paedagogi. Paedagogi berbentuk identifikasi dan peniruan sedangkan andragogi berbentuk pengarahan diri sendiri untuk memecahkan masalah.
Karakteristik Orang Dewasa
· Memiliki banyak pengalaman hidup
Menghubungkan konsep dengan pengalaman mereka akan membantu orang dewasa sebagai pebelajar karena mereka cenderung menghubungkan pengalamannya dengan apa yang dipelajarinya.
· Motivasi belajar tinggi
Orang dewasa termotivasi untuk belajar karena mereka ingin mendapat pekerjaan yang lebih baik. Jadi, apa yang mereka pelajari harus aplikatif.
· Memiliki banyak peran dan tanggung jawab
Tanggung jawab yang besar menyebabkan waktu belajar orang dewasa terbatas. Sebagai pendidik, penting untuk dapat memahami persaingan penggunaan waktu ini.
· Kurang percaya pada kemampuan diri untuk belajar kembali
Keengganan orang dewasa untuk belajar mungkin disebabkan oleh faktor fisik atau kepercayaan masyarakat yang keliru.
· Orang dewasa lebih beragam dari pemuda
Pengalaman dan tujuan hidup yang berbeda menciptakan perbedaan individu yang besar. Pebelajar harus memahami dan menerima perbedaan tersebut dan memanfaatkannya sebagai sumber pertukaran pengalaman.
· Makna belajar bagi orang dewasa
Pengalaman yang diberikan oleh pengajar kepada pebelajar sangatlah penting karena melalui pengalaman inilah belajar memberikan makna.
Beberapa Asumsi Dasar dan Implikasinya
· Konsep Diri
Orang dewasa perlu dihargai, terutama dalam pengambilan keputusan. Implikasinya, iklim belajar perlu disesuaikan, pebelajar ikut serta dalam mendiagnosa kebutuhan dan perencanaan, pendidik hanya sebagai fasilitator dan penekanan pada evaluasi diri.
· Pengalaman
Orang dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda, metode pengajaran harus dihubungkan dengan pengalaman mereka, proses belajar aplikatif dan belajar dari pengalaman.
· Kesiapan untuk belajar
Orang dewasa lebih siap untuk belajar. Implikasinya, kurikulum disusun berdasarkan tugas perkembangan dan belajar secara berkelompok lebih efektif.
· Orientasi terhadap belajar
Orang dewasa ingin secepatnya mengaplikasikan ilmu mereka. Jadi, pada POD, pendidik hanya sebagai fasilitator. Kurikulum dan pengalaman belajar biasanya berorientasi pada masalah.
Beberapa Asumsi Belajar
1. Orang dewasa dapat belajar
Kemampuan seseorang untuk belajar tidak menurun, yang menurun hanya kecepatan belajarnya.
2. Belajar adalah suatu proses dari dalam
Belajar merupakan proses yang dikontrol oleh peserta dan melibatkan fungsi intelektual, emosi dan fisiknya.
3. Kondisi belajar dan prinsip belajar
Proses belajar mengajar yang andragogis meliputi langkah-langkah :
· Menciptakan iklim yang sesuai
· Menciptakan perencanaan yang partisipatif
· Mendiagnosis kebutuhan belajar
· Merumuskan tujuan belajar
· Mengembangkan rancangan
· Melaksanakan kegiatan belajar
· Evaluasi
Tujuan POD
· Membantu orang dewasa menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dengan melengkapi mereka dengan pengetahuan dan ketrampilan.
· Melengkapi orang dewasa dengan ketrampilan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang mungkin mereka hadapi.
· Membantu orang dewasa mengubah kondisi sosial mereka.
· Membantu orang dewasa menjadi individu yang bebas.
Pertimbangan Filosofis POD
Berpikir filsafat bagi POD sangat penting, karena :
· Untuk menetapkan sebuah program, perlu adanya pertanyaan-pertanyaan.
· Pendidik sering merasa hanya merupakan bagian kecil dari suatu lembaga.
· Pendidik membutuhkan landasan untuk menilai keterkaitan antar masalah.
· Pendidik perlu melihat keterkaitan POD dengan aktivitas masyarakat.
· Mempersiapkan pendidik melalui pendekatan yang berkaitan dengan pertanyaan mendasar.
Daftar Pustaka :
1. Yusnadi, (200-). Andragogi, Pendidikan Orang Dewasa. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
2. Suprijanto,H. (2007). Pendidikan Orang Dewasa; dari Teori hingga Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
0 komentar:
Posting Komentar